Krisis Air Bersih

Juli dan Augustus 2015 ini, berita-berita di TV menyampaikan banyak wilayah-wilayah di Indonesia yang kekurangan air bersih. Di beberapa daerah di Jawa Barat, Jateng, Jatim dan seterusnya. Di kampung halamanku juga nampaknya sudah mulai kekurangan air. Kebanyakan sumur-sumur sudah mengering. Kalau sawah dan kebun-kebun hampir semuanya mengalami kekeringan. Bahkan banyak area pesawahan yang mengalami pecah-pecah struktur tanahnya. Menandakan daya air menipis dan mungkin menyisakan simpanan air di kedalaman beberapa meter.

Beberapa rumah yang memiliki sumur bor atau berlangganan air PAM, mungkin masih bisa mendapatkan pasokan air. Namun bagi yang mengandalkan sumur biasa yang umumnya memiliki kedalaman 3-15m maka pasokan air mulai menipis. Mengapa air begitu sulit didapatkan di musim kemarau ini?

Beberapa analisis menunjukan bahwa sumber-sumber resapan air makin menipis seiring dengan makin berkurangnya area hijau yang berupa hutan lebat yang penuh pepohonan. Di samping itu, konon kabarnya diakibatkan oleh maraknya pembangunan perumahan, gedung-gedung dan bangunan beton lainnya yang menyebabkan serapan air yang terhambat. Jika ada 1000 perumahan dibangun, namun jumlah pohon yang ditanam tidak sebanding dengan perumahan yang dibangun, dampaknya resapan air menjadi berkurang. Konon begitu. Saya sendiri cukup meyakini adanya kaitan antara jumlah areal hijau yang berkurang dengan kekurangan sumber air.

Nah, bagi kita diharapkan agar menyediakan area hijau dan sekaligus area kosong di sekitar rumah kita agar serapan air bisa memadai. Jika tidak, maka akan terjadi kekurangan air yang makin menjadi-jadi.